Puji Tuhan atas penyertaan-Nya hingga di tahun 2024 ini, STT Aletheia
telah genap berusia 55 tahun. Sebuah masa yang penuh berkat dan bukti penyertaan
Tuhan. Masa-masa pembentukan dan perkembangan kampus dari awal pembentukan
hingga sekarang diulas oleh Pdt. Kornelius A. Setiawan, D.Th. sebagai mantan
Ketua STT Aletheia dalam khotbah Ibadah Syukur Anniversary STT Aletheia ke-55
di Auditorium Sola Gratia.
Dalam khotbahnya, beliau menceritakan perjalanan sejarah STT Aletheia
yang digagas dan dimotori oleh orang-orang yang bersemangat rindu melayani Tuhan.
Dan siapapun yang dengan tekun dan setia mengikuti Tuhan pasti akan mendapatkan
pemeliharaan dan penyertaan-Nya sekalipun melewati kesulitan dan kesukaran
dalam hidup ini.
Tema khotbah “Tuhan yang Memberkati, Tuhan yang Memelihara” dan nats
yang beliau ambil dari Mazmur 23:1-8 memberikan teladan kepada kita untuk selalu:
- Bersyukur karena Tuhan memimpin hidup kita (Mzm. 23:1)
- Bersyukur karena Tuhan yang mencukupi kebutuhan hidup kita (Mzm. 2-3)
- Bersyukur karena Tuhan memelihara hidup kita hari ini &
selama2nya (Mzm. 4-6)
Ibadah Syukur ulang tahun ke-55 kali ini dipimpin oleh Sdri. Adinda
Natalia Chrystanti dan diiringi oleh tim musik yang dipimpin oleh Ev. Yunus
Sutandio, M.C.M. Dan dihadiri oleh seluruh mahasiswa baik yang offline maupun
yang on-line, keluarga Alm. Pdt. Alfius Areng Mutak, Ed.D., BPH Sinode serta perwakilan
dari Departemen Pendidikan Theologia Sinode GKT yang dalam kesempatan itu juga dilangsungkan
tribute/penghargaan kepada Alm. Pdt. Alfius Areng Mutak, Ed.D. yang telah 32
tahun setia mendedikasikan hidupnya melayani sebagai pengajar di STT Aletheia.
Penghargaan diberikan langsung oleh perwakilan dari BPH Sinode GKT dan juga
penyerahan buku yang khusus diterbitkan Lembaga Penelitian dan Pengabdian
Kepada Masyarakat (LPPM) STT Aletheia dengan judul Soulful Scholar yang berisi
tulisan mendiang Pdt. Areng dan beberapa tulisan khusus beberapa dosen untuk
mengenang pelayanan mendiang. Segala pujian hanya bagi Tuhan. Soli Deo Gloria
Posted on 13 February 2024
The Spiritual Journey dipilih sebagai tema dalam acara Malam Kesaksian yang diikuti oleh 5 orang mahasiswa tingkat IV, yaitu Sdr. Devin Christy, Sdr. Bryan Michael Runturambi, Sdri. Rifat Bria, Sdri. Lidia Riani Pongrangga, Sdri. Stefanie Setia Anugrah C. Tema ini diangkat sebagai kesaksian hidup mereka akan perjalanan kehidupan kerohaniannya di kampus aletheia ini sepanjang menempuh studi dari tingkat pertama hingga tingkat akhir sekarang ini. Dalam salah satu pernyataan kesaksian mereka, Tuhan Yesus menjadi sandaran dan tempat berkeluh kesah ketika menemui jalan sulit baik itu saat mereka belajar di kampus atau saat menjalani tugas praktik dari kampus ke gereja-gereja. Tuhan Yesus juga yang memampukan mereka untuk tetap setia mengikuti jalan Tuhan dan menyerahkan diri untuk menjadi hamba-Nya secara penuh waktu.
Malam Kesaksian yang diadakan di auditorium Sola Gratia pada hari Kamis, 18 Januari 2024, pkl. 19.00 wib – selesai ini dipimpin oleh Sdr. Hizkya Tri Indrata dan diiringi oleh tim musik yang dipimpin oleh Sdr. Vicharisto Diliano Haan. Malam Kesaksian ini dihadiri oleh seluruh mahasiswa secara daring dan luring (hybrid) serta turut hadir secara on-site Ev. Ali Salim, Th.M. beserta istri, dan Ev. Tjiauw Thuan Alias Hali, Ph.D. beserta istri.
Dan kegiatan Malam Kesaksian The Spiritual Journey ditutup dengan doa oleh Ev. Ali Salim, Th.M. dan foto bersama. Kiranya melalui kesaksian ini, mereka makin diteguhkan dalam melayani Tuhan dan menjadi contoh nyata bagi rekan-rekan lainnya. Soli deo gloria. Tuhan Yesus memberkati.
Posted on 07 February 2024
Sebagai
implementasi kerja sama yang telah dilakukan oleh STT Aletheia dan Wonders of Worship
(WoW) Ministry Jakarta adalah dengan diadakannya pelayanan pembinaan dan
pelatihan ibadah yang akan difasilitasi oleh STT Aletheia. Selain
menyampaikan renungan di Ibadah Pembukaan Semester Genap 2023-2024 dengan tema Theology
for Doxology, Pdt. Jimmy Setiawan, M.T.S. (Founder Wonder of Worship
Ministry) juga menjadi pembicara dalam Worship Seminar: Menjadi Manusia
Penyembah: Aspek Pengalaman dalam Ibadah.
Seminar
kali ini bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada peserta untuk dapat
menjadi manusia penyembah seturut dengan kehendak Tuhan. Beliau menekankan
aspek pengalaman dalam ibadah yang selama ini, jangan dianggap hal yang remeh terutama
dalam hal penyembahan. Bahkan melalui pengalaman ibadah yang benar, penyembahan
kepada Tuhan akan terjadi secara ajaib dan natural di hadapan Tuhan sebagai
ungkapan syukur akan pengorbanan Yesus di kayu salib menebus hukuman dosa-dosa manusia.
Worship
Seminar yang diikuti oleh 81 peserta yang terdiri dari dosen, mahasiswa dan kalangan
umum gereja sahabat secara offline di Chapel (Ruang Getsemani) diadakan dalam 2
sesi, yaitu:
- Sesi
I (Rabu, 10 Januari 2024, pkl. 08.00 wib – 10.00 wib): Tubuh dan Ritual dalam
Ibadah
- Sesi
II (Rabu, 10 Januari 2024, pkl. 10.15 wib – 12.15 wib); Emosi dalam Ibadah
Dalam
sesi I dengan tema Tubuh dan Ritual dalam Ibadah, Pdt. Jimmy menekankan bahwa ibadah
tanpa kehadiran dan kegiatan ragawi adalah sesuatu yang absurd bagi Alkitab. Karena
begitu banyak pemakaian gestur tubuh yang menyatakan penyembahan kepada Allah
baik dalam sesi pujian dan doa pribadi maupun saat bersama-sama umat Allah. Sepuluh
latihan penggunaan gestur tubuh dalam ibadah yang dinasihatkan Pdt. Jimmy,
antara lain:
- Perkayalah repertoar gestur dan ekspresi ragawi dalam ibadah kita; termasuk
pelaksanaan Sakramen.
- Beranikan diri untuk keluar dari zona nyaman (seperti ketika menyanyikan lagu
baru yang kita tidak sukai).
- Lakukan secara intensional dan otentik—sekalipun kita belum tahu maknanya, tapi
kita mau belajar memahaminya (grow into).
- Buatlah ibadah yang mengakomodasi mereka dengan disabilitas fisik.
- Perhatikan denotasi dan konotasi atas sebuah gestur yang berlaku dalam sebuah
budaya lokal.
- Pelayan ibadah menjadi teladan bagi jemaat—baik saat bertugas atau sedang di
bangku jemaat.
- Latihlah diri kita untuk bergestur dalam momen-momen penyembahan pribadi setiap
harinya.
- Belajarlah menghargai dan menghayati kehadiran fisik saudara seiman dalam ibadah
sebagai kehadiran yang sakramental (implikasinya bagi ibadah daring?).
- Masukkan pelayanan tarian dalam ibadah (liturgical dance).
- Akhirnya, biarlah kasih menjadi pedoman utama dari apapun yang kita lakukan.
Dalam
sesi II dengan tema Emosi dalam Ibadah, Pdt. Jimmy menyoroti tentang penggunaan
emosi yang ditentang oleh sebagian kalangan gereja-gereja protestan dan
reformis karena menurutnya, emosi bersifat subyektif dan tidak bisa
diverifikasi kebenarannya (irasional?), emosi dapat muncul tanpa alasan
(impulsif) dan bahkan karena alasan yang salah (manipulatif), emosi, pada taraf
tertentu, sulit dikendalikan dan bisa “membajak” seluruh kemanusiaan kita, dan
emosi dapat membingungkan, tak terdefinisikan, dan bercampur aduk. Bahkan ada
yang mengembangkan kekristenan ala Sherlock Holmes yang sangat mencurigai,
meremehkan, dan mengekang emosi (stoikisme) dan lebih mengutamakan pikiran
daripada perasaan (pengaruh rasionalisme).
Menurut
beliau, emosi adalah bagian tubuh manusia yang telah Tuhan Yesus secara utuh
dan tidak bisa dipisahkan dalam diri manusia. Oleh karena itu, beliau juga
memberikan sepuluh tips nasihat dalam penggunaan emosi untuk ibadah, yaitu
- Ingatlah bahwa hanya Roh Kudus yang dapat menerbitkan emosi-emosi kudus dalam
diri kita.
- Ciptakan penerimaan bagi jemaat untuk membawa apapun perasaan mereka kepada
Tuhan dalam ibadah.
- Sampaikan undangan kepada jemaat untuk mempersembahkan emosi tertentu kepada
Allah (sebaiknya dari Alkitab).
- Arahkan selalu perhatian jemaat dalam ibadah kepada Allah sebagai Sang Keindahan
yang ultim (summa pulchritudo) dan Injil-Nya.
- Masukkan elemen-elemen ibadah yang dapat menyentuh beragam emosi.
- Berikan ”ruang” bagi jemaat untuk berekspresi dalam ibadah karena ekspresi
dapat “menyempurnakan” emosi.
- Gunakan pelbagai macam seni dan imajinasi dalam ibadah (arts are the language
of the soul).
- Pastikan khazanah lagu-lagu ibadah kita mencakup pelbagai macam emosi manusiawi
di hadapan Tuhan.
- Manfaatkan kalender gerejawi yang dengan mampu menjadikan emosi sebagai respons
terhadap fase-fase yang berbeda dari kehidupan Yesus.
- Relasi yang intim dengan Allah menjadi konteks untuk bertumbuhnya emosi-emosi
yang berpusat kepada Allah.
Kiranya melalui kegiatan-kegiatan
bersama ini, STT Aletheia makin diberkati Tuhan dan kebenaran firman Tuhan
makin dinyatakan. Soli deo gloria.
Posted on 07 February 2024